Begitu
sampai di rumahnya, akupun langsung masuk kedalam rumah dan ternyata
Tante Lia sudah berada di ruang tamu menunggu kedatanganku dengan
mengenakan baju santai. Baju tersebut sangat pendek dan hanya menutupi
1/3 bagian paha mulus Tante Lia. “Ayo Nik, aku tunjukin pipa yang rusak”
kata Tante Lia sambil membalikkan badan dan segera melangkah ke dapur.
Aku mengikuti Tante Lia dari belakang. Mataku tak berkedip melihat
penampilan Tante Lia itu. Dengan memakai baju yang sangat pendek dan
ketat tersebut, membuat mataku dengan jelas bisa melihat mulusnya paha
serta bentuk dan lekuk pantat Tante Lia yang bulat padat bergoyang
ketika dia berjalan. Begitu tiba di dapur, sebelum mulai memperbaiki
pipa yang rusak, karena takut kotor dan basah, aku melepas celana
panjang dan kemejaku sehingga aku tinggal mengenakan celana boxer dan
kaos oblong. Setelah aku selesai berganti pakaian, aku membungkuk untuk
melihat pipa di bawah tempat cuci piring. Aku malihat ada air menetes
dari sambungan pipa. Dengan posisi selonjor di lantai, aku masukkan
badanku di bawah kolong tempat cuci piring tersebut dan mulai
membetulkan sambungan yang rusak tersebut. Namun betapa terkejutnya aku
saat aku melihat ke arah Tante Lia. Karena baju Tante Lia yang sangat
pendek tersebut, maka dari posisiku tersebut aku dapat melihat langsung
kearah selangkangan Tante Lia. Ternyata Tante Lia tidak memakai celana
dalam sehingga aku bisa melihat langsung memek Tante Lia yang dipenuhi
dengan bulu2 jembut yang cukup lebat. Sejenak aku terdiam sambil
memandangi memek Tante Lia hinga aku dikejutkan oleh suara Tante Lia.
“Gimana Nik, apa perlu diganti sambungan pipanya?” tanya Tante Lia. “Gak
usah Tan, hanya perlu ditambah seal tape dan dikencangin saja juga
beres” jawabku dengan muka memerah menahan malu karena ketahuan Tante
Lia kalau aku sedang memandangi bagian selangkangannya. Akupun kembali
memperbaiki sambungan pipa yang rusak tersebut sambil sesekali kembali
mataku melihat selangkangan Tante Lia yang jelas menampakkan bukit
memeknya yang menggembung itu. Tiba2 aku merasakan sesuatu
menggesek-gesek bagian tengah selangkanganku. Gesekan tersebut tepat
mengenai biji pelirku. Saat aku melihat kebawah, aku melihat kaki Tente
Nur yang menggesek gesek biji pelirku tersebut. Akupun merasakan
nikmatnya gesekan kaki Tante Lia tersebut pada biji pelirku dan akupun
seketika menghentikan aktifitasku yang sedang memperbaiki sambungan pipa
yang rusak tersebut.Tante Lia terus melakukan hal tersebut hingga
kurang lebih 1 menit lamanya. Karena rangsangan pada biji pelirku
tersebut, kontolkupun mulai ngaceng dan keras. Namun disaat aku sedang
merasakan nikmatnya gesekan tersebut, tiba2 Tante Lia menghentikan
gerakan kakinya dan melangkah beranjak dari tempatnya semula. Saat
gesekan itu berhenti, pikiranku menjadi tidak karuan. Aku berusaha
menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin dengan harapan setelah selesai
maka aku bisa menuntaskan nafsuku yang sempat terhenti tersebut dengan
beronani di kamar mandi. Sebentar kemudian pekerjaanku selesai. Alangkah
terkejutnya aku saat aku keluar dari bawah bak cuci piring, aku melihat
Tante Lia sudah dalam keadaan telanjang bulat. Bajunya sudah teronggok
di lantai. Sambil duduk di atas meja dapur, Tante Lia menggosok-gosok
memeknya dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya meremas-remas
payudaranya yang besar. Tanpa berkedip aku melihat kearah memek Tante
Lia yang menggembung bentuknya dan dikelilingi oleh bulu2 jembut yang
cukup lebat tersebut. “Apakah kamu menyukainya, Nik?” Dengan suara manja
menggoda Tante Lia bertanya kepadaku. Aku tidak menjawab dan terus
menatap kearah memeknya. “Apa kamu gak ingin menyentuhnya, Nik? Kamu
pasti akan menyukainya kalau sudah menyentuhnya” Ujar Tante Lia
mengagetkanku. Bagaikan orang yang kena hipnotis, perlahan aku mendekati
Tante Lia. Ini adalah pertama kalinya aku melihat memek perempuan
secara nyata dan dari jarak yang begitu dekat. Sebelumnya aku hanya
melihat memek perempuan dari film2 bokep, tapi kini aku dapat melihatnya
secara langsung. Semua itu semakin membuat nafsuku bergelora dan
kontolkupun semakin tegak dan keras. Belum hilang rasa keterkejutanku,
tiba2 tangan Tente Nur meraih tanganku dan menuntunnya ke memeknya.
Tante Lia membiarkan aku menyentuh memeknya dan tangankupun mulai meraba
bukit memeknya. Bukit memek Tante Lia terasa empuk di tanganku. Lalu
Tente Nur memegang tanganku yang lain dan mengarahkannya pada
payudaranya. Luar biasa besar payudara Tante Lia dan kini aku meremas
payudara tersebut dengan tanganku. Sungguh saat itu persaaanku semakin
tidak karuan. Kedua tangan aku benar2 menyentuh dua bagian yang paling
sensitif dari seorang perempuan yaitu memek dan payudara dan itu adalah
milik Tante Lia. Tente Nur memejamkan matanya menikmati rabaan tanganku
pada memek dan payudaranya sambil menjilati kedua bibirnya dengan
lidahnya sendiri. Tampaknya Tante Lia telah benar-benar terangsang oleh
nafsu birahinya. Tiba2 Tante Lia membuka matanya. “Nik, Apakah kamu
pernah ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia dengan vulgarnya.
Mendengar pertanyaan tersebut, jantungku semakin berdegup kencang.
“Belum pernah, Tan” jawabku dengan suara bergetar menahan gejolak nafsu
birahiku yang semakin meninggi. “Mau gak kamu ngentot dengan Tante?”
tanya Tante Lia lagi. Aku tertegun mendengar kalimat Tante Lia barusan.
Baru sekali ini aku melihat lalu kemudian memegang dan meraba memek dan
payudara perempuan, tiba-tiba kini Tante Lia ingin aku ngentot dengan
dirinya. “Jangan khawatir, Niko. Tante akan mengajari kamu bagaimana
memuaskan perempuan dengan kontolmu itu dan kamu akan merasakan
bagaimana nikmatnya ngentot dengan perempuan” kata Tante Lia melihat
kebingunganku tersebut, sambill memasukkan tangannya kedalam celana
boxerku dan mengusap-usap batang kontolku yang sudah ngaceng dari tadi.
Tante Lia bangkit dari duduknya dan menyuruhku untuk ganti duduk di atas
meja dapur. Dengan cepat Tante Lia menurunkan celana boxerku berserta
dengan cdnya sehingga mencuatlah batang kontolku yang besar dan panjang
tersebut. “Wow… gila…!!!! Besar banget kontolmu, Nik. Jauh lebih besar
dibanding ****** Pamanmu. Udah gitu panjang lagi.” teriak Tente Nur
begitu melihat batang kontolku sambil tangannya membelai lembut batang
kontolku yang panjang dan besar tersebut sehingga kontolku semakin keras
dan berdenyut-denyut. Lalu dengan penuh nafsu Tante Lia menjilati
batang kontolku. “Sekarang Tante ingin merasakan kontolmu di mulut
Tante” kata Tante Lia sambil membuka mulutnya dan memasukkan kontolku ke
dalam mulutnya. Mulut Tante Lia hanya dapat menampung setengah dari
keseluruhan panjang batang kontolku. Slurp… slurp… slurp… dengan penuh
nafsu Tante Lia mengulum batang kontolku dan menjilati kepala kontolku
di dalam mulutnya. “Aaaahhhh… Taaaaaannnn… ssssshhhh…. ooooohhhh…” aku
mengerangan merasakan kenikmatan yang luar biasa akibat kuluman Tante
Lia pada batang kontolku. Aku memejamkan mata menikmati untuk pertama
kalinya batang kontolku diisap oleh perempuan. Selama ini saat melihat
adegan perempuan yang sedang ngisep penis lelaki dalam film bokep, aku
selalu membayangkan betapa nikmat rasanya. Kini akupun dapat merasakan
kenikmatan itu secara langsung dari Tante Lia. Tante Lia terus
menghisap-hisap kontolku dengan rakusnya. Mulutnya penuh dengan kontolku
dan menghisapnya seperti sedang menghisap permen lolypop. Begitu
nikmatnya, aku hampir tidak bisa membuka mataku. Tente Nur mengeluarkan
kontolku dari mulutnya. Dikocoknya dengan lembut kontolku yang basah
oleh ludahnya beberapa kali kemudian dia isap lagi kontolku. Aku
terangsang hebat, aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari ujung
kepala kontolku. “Aduh Taaaaannn… aku nggak tahaaaan… enak banget
rasanya“ erangku. “Kalau mau keluar, keluarin aja Nik. Jangan
ditahan-tahan“ kata Tante Lia sambil kembali mengulum dan mengisap
kepala kontolku sementara tangannya mengocok lembut batang kontolku
sehingga dalam waktu singat aku langsung ejakulasi. “Aaaaaaaahhhhh…
akuuuuuu… keluuuuuaaaarrrr…!!!” teriakku. Croooottt… croooottt…
croootttt… spermaku nyemprot banyak sekali di dalam mulut Tante Lia.
Mmmmhhh… slurp… mmmmhhh… slurp… slurp… mulut Tane Nur penuh dengan
cairan spermaku kemudian dia telan semua sperma yang aku semprotkan.
Sedangkan sisa2 sperma yang meleleh di batang kontolku dia jilati sampai
bersih. “Nik spermamu banyak sekali. Udah lama nih kelihatannya nggak
dikeluarin ya? Baunya wangi. Sekarang Tante baru percaya kalau kontolmu
memang belum pernah dimasukin kedalam memek perempuan” kata Tante Lia,
“Baru dimasukin kedalam mulut saja sudah meler…” ledeknya. Kemudian
Tante Lia berdiri lalu duduk di meja dapur tepat disebelahku. Tente Nur
melebarkan kedua kakinya sehingga bibir memeknya tampak merekah. Dia
mendorong tubuhku turun dari meja dan menarik kepalaku serta menuntunnya
ke arah memeknya. Rupanya Tante Lia ingin agar aku gantian menjilati
memeknya. Tante Lia telah benar2 terbakar oleh gairah birahinya .
Gairah seksual meledak untuk dipuaskan. Dan Tante menginginkannya
dariku. “Oooohhh… Nik… jilati memek Tante… Nik…!!!” perintah Tante Lia
agar aku segera menjilati memeknya sambil memegang belakang kepalaku
sehingga kini mulutku menempel di bibir memeknya. Aku menjulurkan
lidahku ke memek Tante Lia dan mulai menjilati memeknya. Ini adalah
pertama kalinya dalam hidupku, aku mencium bau memek perempuan dan
merasakan asinnya lendir yang keluar dari memek perempuan. Tente Nur
semakin melebarkan kangkangan kedua kakinya sehingga mulut dan lidahku
semakin mudah mengakses daerah memeknya. “Ooohhh… Niko… Terus isap memek
Tante, Ruuuuuddd… Tante ingin kamu puasin Tante hari ini…!!! Sssshhh…
aaahhh… ya… iya… yang itu sayang… Ooooohhh… isap itil Tante yang kuat…
Ooooohhh… terus isap sayang… Ssssshhhh… Aaaaahhhh…” Tente Nur mengerang
saat lidah aku menjelajahi memeknya dan menjilati itilnya. Tante Lia
menekan kepalaku sehingga mulutku menempel lebih erat di memek nya.
Erangan Tante Lia semakin keras dan sekarang Tante mulai
menggerak-gerakan pantatnya mengikuti jilatan lidahku pada celah
memeknya. Aku semakin bernafsu menjilati celah memek Tante Lia yang
semakin basah dan sesekali mengisap itil Tante Lia yang semakin bengkak.
Tante Lia melihat kontolku yang besar dan panjang itu semakin tegang
dan keras. Tante Lia tahu bahwa aku sudah benar2 terangsang dan siap
untuk menyetubuhinya. Tante menarik kepalaku menjauh dari memeknya lalu
dia berdiri. Sambil mengandeng tanganku, Tante Lia mengajakku ke
kamarnya. Setibanya di kamar, Tante Lia menarikku keatas ranjang. Tante
telentang dengan kedua kakinya direntangkan lebar2 dan aku berada di
atasnya. Tangan Tante Lia segera meraih kontolku dan dikocoknya
pelan-pelan. Kemudian Tante Lia memegang kontolku dan membimbing ke arah
memeknya. Dia mulai menggosok-gosokan kepala kontolku di bibir
memeknya. Bibir memek Tante Lia terasa basah oleh cairan lengket yang
keluar dari dalam memeknya. Tante Lia semakin bernafsu dan ingin aku
segera menyarangkan kontolku ke dalam memeknya. Diarahkannya kontolku ke
gerbang liang memeknya “Ayo sayang… masukkan kontolmu di memek Tante.
Buat Tante puas dengan ****** supermu itu” kata Tante sambil menatapku.
Berbekal pengalaman dari melihat film bokep, pelan-pelan aku tekan
kontolku membelah bibir memek Tante Lia hingga akhirnya batang kontolku
tenggelam seluruhnya di dalam liang memek Tante Lia. Akupun merasakan
sensasi yang luar biasa saat batang kontolku berada di dalam liang memek
Tante Lia yang hangat. Rasanya nikmat sekali. Tante Lia memelukku erat
sekali. “Oooohhh… Nik… kontolmu enak banget Nik… ngganjel banget…
rasanya… ssshhhhh… oooohhhh… terus sayang enak banget… terus entoti
memekku… Buat aku puas dengan penis supermu… Aaaaaahhhh… rasanya memekku
penuh banget terisi sama kontolmu… gesekan kontolmu terasa banget di
dalam liang memekku… Oooohhhh… Ssssshhhh… aahhhhhhh…!!!” Tente Nur mulai
merintih, membuatku semakin bersemangat memompa kontolku semakin cepat.
Tante Lia mengangkat kedua kakinya dan dilingkarkan ke pinggangku. Pada
posisi ini kontolku semakin dalam masuk kedalam liang memeknya karena
tekanan kaki Tante Lia yang ikut menekan saat aku mengenjotkan batang
kontolku kedalam liang memeknya. Aku mulai menggerakkan pantatku naik
turun sehingga kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia membuat Tante
Lia terus mengerang merasakan nikmatnya enjotan kontolku tersebut.
“Apakah kamu merasa nikmat sayang? Gimana rasanya memekku? Apakah kamu
menyukainya? ” tanya Tante Lia sambil menatapku. “Ooooohhhh… Tante…
memek Tante nikmat bangeeeettt… Niko ingin terus ngentoti memek Tante
yang nikmat ini… Aaaahhhh… Sssshhhh… Oooohhh…” rintihku merasakan
nikmatnya liang memek Tante Lia yang berkedut-kedut membuat kontolku
serasa diremas-remas sambil terus mengenjotkan kontolku keluar masuk
liang memeknya. Tente Nur memberi tanda agar aku menghentikan enjotanku.
Dia memintaku untuk mencabut kontolku dari memeknya. Dengan masih
diliputi kebingungan akupun mencabut kontolku. Tante Lia bangkit lalu
nungging. “Ayo sayang… entoti memek Tante dari belakang…” pinta Tante
Lia Pantat Tante Lia yang montok dan padat terlihat sangat menggemaskan.
Diantara pantatnya yang montok itu, memeknya tampak merekah merangsang.
Lalu Tante Lia menggenggam batang kontolku dan membimbingnya hingga
kepala kontolku tepat menempel di permukaan liang memeknya. “Sekarang…
dorong kontolmu sayang…” kata Tante Lia. Perlahan aku tekan pantatku.
Bless… Blesss… Kontolku masuk ke liang memek Tante Lia. Kemudian aku
mulai memompa kontolku di liang memek Tante Lia. Ternyata dalam posisi
ini, liang memek Tante Lia terasa semakin sempit sehingga jepitannya
terasa semakin erat. Dan gesekan kontolku dengan dinding didalam liang
memek Tante Lia pun semakin terasa. Rasanya sungguh sangat nikmat.
“Ooooohhhh… Taaaaaannn… memek Tante makin nikmaaaatttt… ssssshhhh…
ooooohhhh… enak banget memek Tante…” erangku. Aku terus mengenjotkan
kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia sambil meremas pantatnya.
Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali beradu dengan
pangkal kontolku membuatku makin bernafsu. Aku semakin mempercepat
pompaan batang kontolku di dalam memek Tante Lia yang becek sehingga
menimbulkan bunyi crop… crop… crop. “Sssssshhhh… sayang… Kapanpun kamu
mau, akan saya berikan memekku untukmu… sayang… ssssssshhhh… Terus sodok
yang kuat… Aaaaahhhhh… nikmat banget kontolmu sayang…” kata Tante Lia
sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar-putar
mengimbangi pompaan kontolku. “Remass… Remass payudara Tante, Nik…”
desah Tante Lia sambil meremas susunya sendiri. Aku pun segera menuruti
kemauannya. Sambil memompa kontolku, tanganku segera memegang, meremas
payudara dan memainkan putingnya bergantian. “Ooooohhh… sssshhhhh…
aaaahhhh… nikmaaatt… Tante gak kuat… Tante mau keluaaaarrr… Ssssshhhh…
Ooooohhhh…” jerit lirih Tante Lia sambil memegang tanganku yang sedang
meremas-remas payudaranya, pantatnya terus bergoyang-goyang dan kedutan
otot-otot liang memeknya semakin kuat. “Oooohh… Enak sekali, Taaaannn…
Akuuuu… mau keluuuuaaarrr…” kataku sambil mempercepat gerakan kontolku
karena sudah mulai terasa adanya tanda2 aku akan mendapatkan ejakulasiku
seiring rasa nikmat yang aku rasakan. “Keluarkan saja di dalam memekku,
sayang…” kata Tante Lia sambil mempercepat goyangan pantatnya. Empotan
liang memeknya semakin kuat meremas batang kontolku yang berada di dalam
liang memeknya sehingga semakin nikmat terasa oleh kontolku. Kupercepat
enjotan kontolku keluar masuk memek Tante Lia sambil terus meremas
payudaranya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku dalam2 ke
memeknya. “Taaaaannnnn… Niko keluaaaar… Aaaaaahhhh…!!!” teriakku.
Crooooot… croooot… crooot… spermaku menyembur sangat banyak di dalam
memek Tante Lia seiring rasa nikmat yang kurasakan. Kontolku
berkedut-kedut di dalam liang memek Tante Lia sampai semburan spermaku
berhenti. “Oooohhhh… Ssssshhhh… sayaaaaannng… akuuuu… jugaaaa…
keluuuuaaaarrr… ssssshhhhh… aaaaaahhhhh…!!!” teriak Tante Lia. Tubuhnya
kejang-kejang akibat orgasmenya yang luar biasa nikmatnya. Ternyata
disaat aku menyemprotkan spermaku, Tante Lia juga mencapai orgasmenya.
Seeeeer… seeeer… seeeeeer… cairan orgasmenya menyiram hangat dan
membasahi batang kontolku. Bagitu banyaknya cairan yang terkumpul
didalam liang memek Tante Lia hingga sebagian meleleh keluar dari
memeknya. Setelah memberikan waktu beberapa menit bagi Tante Lia untuk
menikmati orgasmenya, kemudian aku mencabut kontolku dan akhirnya aku
merebahkan diri di samping tubuh molek Tante Lia. Begitu kontolku lepas
dari memeknya, Tante Lia langsung menggulingkan tubuhnya disampingku dan
memelukku. “Terima kasih sayang… kontolmu benar-benar luar biasa… Tante
puas banget… Belum pernah Tante merasakan kenikmatan orgasme seperti
barusan yang Tante alami… Muuaah…” bisik Tante Lia sambil mencium lembut
keningku. Sementara tangannya terus meraba batang kontolku yang mulai
lemas. “Sama-sama… Tante juga hebat, memeknya sangat nikmat…” kataku
balas memuji Tante Lia turun dari tempat tidur, lalu terdengar bunyi
kecipak-kecipak air di kamar mandi, rupanya Tante Lia sedang
membersihkan memeknya yang berlepotan dengan spermaku yang bercampur
dengan cairan orgasmenya. Selesai dari kamar mandi, Tante Lia
menghampiriku lagi dengan tubuh dibelit handuk. “Gimana? Enak kan
rasanya ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia sambil duduk di
sampingku. “Enak sekali, Tan. Terima kasih. Tante telah mengajari aku
nikmatnya ngentot memek perempuan. Selama ini aku hanya merasakan
kenikmatan ejakulasi lewat onani, tapi kini aku dapat merasakan
nikmatnya ejakulasi di memek Tante…” sahutku sambil tersenyum, “Tapi
kalau Paman pulang, aku susah dapetin memek Tante…” kataku. “Tenang Nik.
Kapanpun Niko pingin memek Tante, akan Tante berikan… tapi harus
hati-hati, Nik. Di depan pamanmu jangan memperlihatkan sikap lain
padaku. Seperti biasa saja. Pokoknya harus serapi mungkin” kata Tante
Lia. Aku cuma mengangguk, sambil memperhatikan wajah Tante Lia. Sorot
pandangannya memang jadi lain dari biasanya. Seperti mengandung arti
yang mendalam. Senyumnya pun jadi lain. Mungkin itulah senyum seorang
wanita yang telah mencapai kepuasan seksual. “Kenapa udah mau pakai
celana lagi? Emang gak mau lagi?” kata Tante Lia dengan nada agak centil
sambil memegang tanganku saat aku hendak mengenakan cdku. “Mau, tapi
aku lapar, Tan. Kita makan dulu gimana?” ajakku “Kalau perut penuh,
nanti bisa sembelit,” Tante Lia memelukku dengan hangatnya, “Mending
kita bikin ronde kedua dulu yuk. Nanti kalau udahan, baru kita makan
malam. Tante yakin kamu pasti masih kuat” katanya. Aku mengangguk sambil
senyum. Cd tak jadi kupakai, lalu kulemparkan begitu saja ke lantai.
Sementara itu Tante Lia pun membuka lilitan handuknya, sehingga tubuhnya
bugil lagi di depan mataku. Sejenak kuamati tubuh Tante Lia yang mulus
sekali. Payudaranya montok payudara. Kulit Tante Lia mulus dan bersih.
Tidak ada noda setitik pun di tubuhnya. Hebat juga pamanku bisa
mendapatkan wanita secantik dan semulus ini. Padahal saat itu usia
pamanku sudah 50 tahun, sementara Tante Lia 20 tahun lebih muda darinya.
Tante Lia langsung menelentang, seperti mengharapkan terkamanku. Dan
aku memang menerkamnya. Meremas payudaranya yang masih kencang dan
bahkan mengemut putingnya seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya.
Tante Lia tersenyum-senyum sambil mengelus rambutku dengan lembut.
Batang kontolku pun mulai menegang lagi. Tante Lia tahu itu, karena
tangannya terus-terusan memegang batang kontolku dan terkadang
meremasnya dengan lembut. “Ayo… masukkan lagi kontolmu Nik…” pinta Tante
Lia sambil meraih batang kontolku dan diarahkan tepat di celah memeknya
yang sudah basah itu. Tante Lia lalu memberi isyarat agar aku mendorong
batang kontolku. Kuikuti isyaratnya itu. Kudorong batang kontolku
sekuat mungkin. “Ouw… Oooh… sedikit-sedikit, Nik. Jangan disekaliin…
sakit… penis kamu gede sekali sih…” teriak Tante Lia sambil meringis.
Aku cabut kontolku dari liang memek Tante Lia lalu aku gesek2an kepala
kontolku ke itil Tante Lia beberapa kali hingga memeknya semakin basah
dan terasa licin. “Ooooohhh… nah… gitu… sayang… iya… gesek-gesek sayang…
iya… ooooohhhh….” desah Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan kepala
kontolku di itilnya yang semakin membengkak itu. Kemudian aku selipkan
kepala kontolku di belahan memek Tante Lia dan aku tekan perlahan-lahan
batang kontolku hingga amblas masuk kedalam liang memek Tante Lia.
“Aaaaaahhhh… sayaaaangg… enak sayaaaaang…” erang Tante Lia merasakan
nikmatnya gesekan batang kontolku pada dinding liang memeknya. “Ngentot
denganku sama ngentot dengan paman enakan mana Tan?” bisikku sambil
terus mengenjotkan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia.
“Jauh sayang. Ngentot dengan kamu jauh lebih enak… soalnya kontolmu
keras sekali… panjang dan gede banget… aaaaaahhh… bisa2 aku jadi
ketagihan ****** kamu Nik…” jawab Tante Lia. Kemudian bibir kami saling
lumat. “Ruuuuuddd…. ooooooh… enak sekali sayang… sssssshhhh… ooooohhh…
kayaknya aku sudah mau keluaaaaar…” terdengar lagi desahan-desahan
histeris Tante Lia, ketika bibirnya lepas dari lumatanku. Sulit
melukiskannya dengan kata-kata, betapa nikmatnya saat batang kontolku
sudah mulai mengenjot-enjot dalam jepitan liang memek Tante Lia yang
cantik dan mulus itu. Kedutan-kedutan memek Tante Lia semakin sering
terasa. Liang memek Tante Lia serasa memijit-mijit batang kontolku
sehingga membuat akupun mulai merasakan kalau sebentar lagi spermaku
juga akan keluar. “Ssssshhhh… aaaaaahhhhh… Tanteeeeee… akkkuuu…
jugaaaa…. mau keluuuuaaaarrrr…” aku mengerang. “Enjotan yang cepat
sayang… ayo sayang… kita bareng2 keluar… aaaaaahhh… sssssshhhh… enak
sekali sayang…” erang Tante Lia. Kuikuti keinginan Tante Lia. Kupercepat
gerakan pantatku maju mundur dan enjotan batang kontolku keluar masuk
liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… Taaaaaannnn… akuuuuuu…
keluuuuuaaaarrr…!!!” teriakku. Kutancap batang kontolku sekuat mungkin,
sampai terbenam sepenuhnya di dalam liang memek Tante Lia. Aku pun
mendekap tubuh Tante Lia sekencang mungkin. Crooooottt… croooottt…
croooottt… kontolku menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek
Tante Lia. “Oooooohhhh… Ruuuudiiii… akuuuuu… juuugaaa… keluuuuaaaarrr…
aaaaahhhhh…!!!” jerit Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya. Tubuhnya
mengejang sambil mendekapku erat sekali. Seeeeerrrr… seeeeerrr…
seeeerrr… semburan cairan orgasmenya menyiram hangat batang kontolku.
Kami saling berdekapan dengan erat, kemudian kami terkapar di atas
tempat tidur dengan kepuasan yang tiada taranya. Tante Lia kemudian
bercerita mengenai kehidupan seksualnya dengan Paman. Sudah hampir satu
tahun ini dia tidak merasakan nikmatnya orgasme dari persetubuhannya
dengan Paman. Akibat penyakit gula yang dideritanya, Paman tidak dapat
lagi memberikan kepuasan seksual kepadanya. “Ngentot dengan Pamanmu
sebulan 2 kali sudah cukup bagus, karena seringnya cuma sekali sebulan.
Home
» Kontol
» Maniac seks
» Memek
» Saudara
» Tante
» Kontolku sudah tenggelam di dalam liang memek Tante Lia
Kontolku sudah tenggelam di dalam liang memek Tante Lia
Pagi itu Tante Lia meneleponku dan memintaku untuk datang ke
rumahnya. Dia mengeluh pipa air di dapurnya rusak. Karena aku sudah
beberapa kali berhasil memperbaiki pipa2 air dirumahnya, maka dia
memanggilku untuk memperbaiki pipa air yang rusak tersebut dirumahnya
dan karena hari ini jadwalku sangat padat, maka aku bilang kalau aku
akan kerumahnya setelah semua kegiatanku selesai. Sore hari setelah
semua kegiatan aku selesaikan, maka sesuai janjiku pada Tante Lia aku
datang ke rumahnya.
penis Pamanmu kalau berdiri nggak bisa keras dan baru sebentar main
kontolnya sudah ejakulasi” kata Tante Lia. “Makanya saat melihat
tonjolan kontolmu yang besar dari balik celana boxermu tadi, nafsuku
langsung bangkit. Dan ternyata kontolmu memang sangat gede dan panjang,
Nik. Memekku seperti mau jebol rasanya. Dan luar biasa… belum pernah aku
merasakan bersetubuh yang senikmat ini…” bisiknya lirih sambil
menikmati sisa2 orgasmenya. Aku tersenyum dengan perasaan bangga.
Kemudian mengikuti langkah Tante Lia ke dalam kamar mandi. Kami sama2
mencuci kemaluan kami. Keluar dari kamar mandi, Tante Lia menutup
tubuhnya dengan kimono tanpa mengenahan BH dan CD. Begitu pula denganku
yang mengenakan celana boxer dan tanpa memakai CD. Kemudian kami
sama-sama melangkah ke ruang makan. “Mau dibikinin nasi goreng?” tanya
Tante Lia sambil melingkarkan lengannya di leherku, dengan sikap yang
mesra sekali. “Boleh, kalau Tante Lia gak capek” sahutku sambil
tersenyum. Tante Lia mencium bibirku dengan mesra, membuat hatiku
berdenyut. Karena malam ini sangat lain dari biasanya. “Kuat berapa kali
lagi malam ini?” tanya Tante Lia dengan lengan tetap melingkari
leherku. Dengan tatapan yang menggoda. “Nggak tau Tan. Kan aku juga baru
pertama kali ngentot dengan dengan perempuan. Emang biasanya kalau
cowok sebaya aku kuat berapa kali?” tanyaku “Empat atau lima kali juga
bisa. Tapi Tante Lia pasti kepayahan. Tante Lia kan bukan remaja lagi”
jawab Tante Lia sambil melepaskan rangkulannya dan melangkah ke dapur.
Sebentar kemudian Tante Lia sudah menghidangkan nasi goreng untukku. Ada
2 sendok dan 2 garpu dalam satu piring dan nasi gorengnya pun banyak.
“Mau sepiring berdua, sayang?” Tante Lia mengecup pipiku. Aneh, ada
getaran khusus di hatiku. Senang rasanya diperlakukan mesra seperti itu
oleh Tanteku. Layaknya sepasang kekasih, kami lalu makan di piring yang
sama. Terkadang saling pandang dan tersenyum. “Malam ini aku tidur
disini ya Tan?” pintaku setelah nasi goreng habis dilahap oleh kami
berdua. “Dengan senang hati,” jawab Tante Lia, “Nanti biar aku kasih
tahu mamamu kalau kamu malam ini nginap disini” lanjutnya. Selesai makan
nasi goreng, untuk pertama kalinya aku tidur bersama Tante Lia. Tentu
bukan cuma tidur. Kami lakukan lagi persetubuhan yang ketiga kalinya.
Yang ketiga ini lebih edan-edanan. Kami bergulingan, saling remas,
saling lumat dan kembali mengatur supaya mencapai titik kepuasan dalam
waktu berbarengan. Ketika batang kontolku sedang menyemprot-nyemprotkan
spermaku di dalam liang memek Tante Lia, terasa benar liang memek itu
pun berkedut-kedut, sebagai pertanda bahwa Tante Lia pun sedang
merasakan nikmatnya orgasme. Kami sama-sama terkapar dalam kepuasan.
Lalu kami tertidur sambil saling berpelukan dalam keadaan sama-sama
telanjang bulat. Begitu nyenyaknya aku tidur, sehingga tak peduli lagi
pada tubuhku yang tidak ditutupi sehelai benang pun. Bahkan selimut pun
masih terlipat dengan rapi, tidak kami pakai untuk menyelimuti tubuh
bugil kami. Tapi pagi-pagi sekali, ketika hari masih gelap, aku
merasakan sesuatu yang lain pada batang kontolku. Ada elusan yang luar
biasa enaknya, sehingga aku membuka mataku perlahan. Ternyata Tante Lia
sedang menyelomoti batang kontolku. Aku terdiam dan berpura-pura tetap
tidur. Tapi batang kontolku mulai menegang lagi. Ah, gila… permainan
bibir dan lidah Tante Lia terasa begitu enaknya, sehingga nafsu birahiku
bergejolak lagi dengan hebatnya. Kemudian Tante Lia berjongkok dengan
kakinya berada di kanan kiri pinggulku. Rupanya Tante Lia sedang
berusaha memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya. Blesss…. batang
kontolku terbenam lagi di dalam liang memek Tante Lia, disusul dengan
penjatuhan dada Tante Lia ke atas dadaku, sehingga aku pun membuka
mataku. Tante Lia menggerak-gerakkan pantatnya naik turun, sehingga
batang kontolku jadi keluar masuk di dalam mliang memek Tante Lia yang
terasa hangat ini. Dinginnya udara pagi tak terasa lagi. Kehangatan dan
kenikmatan membuatku mulai berkeringat. Dan diam-diam aku teringat
sebuah artikel yang mengatakan bahwa bersetubuh menjelang pagi sangat
enak rasanya. Kini aku mengalaminya dan merasakan nikmatnya. Pada saat
tubuh sedang segar-segarnya, setelah semalaman istirahat, aku mendapat
“santapan pagi” yang sungguh lezat rasanya. Tante Lia tambah
merangsangku dengan kata-katanya, “Enak ya ngentot subuh-subuh gini?”
desisnya sambil mempergila ayunan pinggulnya. Sehingga batang kontolku
seperti dibesot-besot ke atas ke bawah ke kanan ke kiri. “Iya Tan,”
sahutku mengimbangi, “ternyata memek Tante Lia enak sekali…” “Kontol
kamu juga enak, sayang. Pamanmu kalah jauh… dudududuuuuuuhhhhh… enak
sekali sayang… aaaahhhh… aku bisa jadi tambah sayang sama kamu Nik…”
kata Tante Lia. “I… iii… iya Tan… mmmmmmh… enak Tan… ooooh… ssshhhhh…
aaahhhh…” erangku. Tiba-tiba Tante Lia menghentikan ayunan pinggulnya
dan memeluk tubuhku erat-erat. “Ruuuuuudddd… akuuuuuu…
keluuuuuaaaarrr…!!! ssssshhhhh… aaaaaahhhh… nikmaaaaaatttt… banget
Ruuuuuddddd…!!!” jerit Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang pertama di
pagi itu. Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya menyembur
banyak sekali menyiram hangat batang kontolku yang masih terbenam di
liang memeknya dan liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali. Setelah
beristirahat sejenak, menyadari batang kontolku yang masih keras di
liang memeknya, Tante Lia mengeluarkan kontolku dari dalam memeknya.
“Ganti posisi, Nik. Kamu yang di atas” pinta Tante Lia sambil merebahkan
tubuhnya di sampingku. Namun kali ini Tante Lia terlentang sambil
mengganjal pinggulnya dengan bantal. Lalu kedua kakinya direntangkan
lebar-lebar. Sehingga kemaluan Tante Lia tampak merekah, tampak
kemerahan bagian dalamnya. “Supaya apa diganjal bantal gitu Tan?”
tanyaku polos. “Biar ****** kamu bisa masuk semuanya” jelas Tante Lia
lalu tersenyum sambil mengelus memeknya sendiri. “Oya? tanyaku dengan
keheranan. “Iya sayang… cobalah… pasti beda rasanya” jawab Tante Lia.
Aku tersenyum, lalu mengikuti petunjuk Tante Lia, memasukkan batang
kontolku ke dalam memeknya yang sudah sangat basah itu. Kemudian aku
menahan tubuhku dengan kedua tangan tertekan di kanan kiri Tante Lia,
seperti tukang becak yang sedang memegang stang becaknya. Gila, Tante
Lia benar. Dengan cara seperti itu sensasinya sungguh luar biasa.
Rasanya batang kontolku amblas sepenuhnya ke dalam liang memek Tante Lia
yang mencuat ke atas itu. “Duuuuuuuh… sudah masuk, Nik…??!!! Iya…
ooooohhhh… kontolmu emang gede sekali, Nik. Sampai seret begini rasanya…
ooooohhh… enak bangeeeetttt… ssssshhhh… ooooohhhh…” bisik Tante Lia
terengah-engah sambil mendekapku erat2. “Aaaahhh… nikmat sekali
Taaaaaan… lebih mantap rasanya…” cetusku sambil mengayun batang
kontolku. Tante Lia pun mengangkat kakinya sampai melewati bahuku dan
menggantung kakinya di bahuku. Dengan begitu aku semakin leluasa
menggerakan batang kontolku dan membenamkannya dalam2 di liang memek
Tante Lia. Sampai fajar menyingsing, aku masih mengayun batang kontolku.
Keringat pun mulai bercucuran, berjatuhan ke perut dan dada Tante Lia.
Ooooohhh… sungguh pagi yang indah sekali. Aku terus mengenjotkan batang
kontolku, sambil mempermainkan payudara Tante Lia yang montok dan masih
sangat kencang itu. Tante Lia menikmati semuanya dengan ganasnya.
Pinggulnya bergoyang-goyang erotis sekali, meliuk-liuk dengan gerakan
seperti angka 8, membuat batang kontolku seperti dibesot-besot dengan
nikmatnya di dalam liang memeknya. Aku pun terpejam-pejam saking
enaknya. Pada satu saat Tante Lia merengkuh leherku, kemudian menciumi
bibirku, bahkan lalu melumatnya dengan penuh gairah. Aku pun tak tinggal
diam. Kulumat juga bibir dan lidah Tante Lia yang terasa hangat ini.
Sementara gerakan batang kontolku semakin cepat bergerak maju mundur dan
keluar masuk di dalam jepitan liang memek Tante Lia. Sehingga gak lama
kemudian, tubuh Tante Lia kembali mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
“Aaaaaaahhhhhh… akkkuuuuu… keluuuuaaaarrrr… laaaaagiii… Ruuuuudddd…
sssssshhhhhhh…. ooooohhhh… enaaaaaakkkkk… Ruuuuuuddddd…. sssssshhhhh…
aaaaaaahhhhh…..!!!” teriak Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang kedua.
Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya kembali menyiram
batang kontolku. Liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali lebih kuat
dari yang pertama tadi. Aku merasa bangga, karena dalam senggama di
pagi ini aku berhasil membuat Tante Lia dua kali orgasme. Aku memang
jadi tangguh sekali. Karena dalam semalaman sampai pagi ini aku telah
bersetubuh empat kali dengan Tante Lia. Tapi aku kasihan melihat Tante
Lia yang seperti sudah kepayahan disetubuhi olehku. Maka sambil
menikmati empotan memek Tante Lia yang luar biasa nikmatnya itu, aku
berkonsentrasi agar cepat ejakulasi. Akhirnya dengan sekali hentakan,
aku membenamkan batang kontolku sedalam mungkin, sampai menyentuh dasar
liang memek Tante Lia. Croooottt… crooottt… croooottt… bersemburanlah
spermaku dari kontolku, memancar-mancar di dalam liang memek Tante Lia.
“Ssssssshhhhh… aaaaaaahhhh… Tanteeeeeeee… akuuuuu… keluuuuaaaarrr…!!!
Nikmaaaaattt… sekaaalliii… Taaaaannn…!!!” aku mengerang merasakan
nikmatnya ejakulasiku. Aku pun lalu ambruk ke dalam dekapan Tante Lia.
“Aduuh… gila kamu kuat banget, sayang…” kata Tante Lia sambil mencium
pipiku. “Tadi sebenarnya masih bisa bertahan, tapi kasihan Tante Lia
sudah ngos-ngosan gitu” kataku sambil mempermainkan payudara Tante Lia
yang masih dibasahi keringat. Aku diam dan seluruh badanku terasa lemas.
“Ayo Nik kita mandi dulu biar segar” Tante Lia mengajakku mandi. ajak
Aku memang berkeinginan mandi, segera kusambut tawarannya sambil
menggoda. “Tante, aku dimandiin dong?” kata manja. “Ala kamu genit juga,
beres deh ntar Tante mandiin” jawab Tante Lia sambil bangkit dari
tempat tidur menuju kamar mandi, akupun mengikutinya dari belakang. Di
kamar mandi, Tante Lia mengguyur seluruh badanku dengan air hangat yang
mengucur lewat dari shower. Tangannya trampil sekali menyabuni seluruh
bagian tubuh belakangku. Aku yang dalam keadaan telanjang seperti bayi
yang sedang dimandikan oleh Tante Lia. “Sekarang bagian depannya, Nik”
perintah Tante Lia. Ketika aku berbalik menghadap Tante Lia. Sepasang
payudara yang besar dan montok itu menggantung indah di dada Tante Lia,
kini tepat didepan mukaku. Kedua putingnya yang besar terlihat merah
kecoklatan. Aku tidak bisa menahan nafsu segera kuraih kedua payudara
Tante Lia dan kuremas-remas. Tante Lia diam saja dan masih terus
menyabuni tubuh bagian depanku. Saat putingnya aku pelintir-pelintir
Tante Lia mulai mendesis. Kupeluk tubuh Tante Lia yang montok dan
lehernya kuciumi lalu kedua putingnya aku hisap-hisap. Sementera itu
kontolku yang sudah ngaceng kembali menerjang-nerjang bagian memek Tante
Lia. Tangan Tante Lia kemudian meraih batang kontolku dan dikocoknya
dengan lembut sehingga bantang kontolku jadi semakin besar dan keras.
Aku semakin bernafsu dan ingin segera menyarangkan kontolku ke dalam
memek Tante Lia. Aku merendahkan badanku dan Tante Lia kusenderkan ke
dinding kamar mandi. Kuarahkan kepala kontolku ke gerbang liang memek
Tante Lia lalu pelan-pelan aku tekan sampai tenggelam seluruhnya ke
dalam liang memeknya. Rasanya nikmat sekali dan Tante Lia memelukku erat
sekali. Tante Lia mulai mendesah dan menikmati goyanganku. “Oooouuhhh…
sayaaaangggg… ooooouuhhh… besarnya kontolmu… aaauuuuff… tariiiikhh…
aaaaahh… enaaaakkk… teeekaaaan lagiii… aaaahhhh… niiiiikmaaaattttt…
uuuuhhhh… pelan sayaaaaanggg… oooouuuffff… enaaaknyaaaa… ooooooohhhhhh…
saayaaaang…” tak henti-henti Tante Lia memuji kenikmatan dari ******
besarku yang kini menggesek dinding-dinding liang memeknya. Rintihan
Tante Lia membuatku semakin bersemangat untuk memompa kontolku semakin
cepat. Tante Lia mengangkat kaki kirinya dan dilingkarkan ke pinggangku
sehingga aku makin leluasa memompa memek Tante Lia. “Ooooohhhh… Ruuuudd…
kontolmu enak banget Nik, memekku rasanya sesak banget diganjel sama
batang kontolmu yang sanagt gede… aduuuuuh… terus Nik enak banget” kata
Tante Lia sambil terus merintih. Aku terus memompa kontolku didalam
liang memek Tante Lia sambil mulutku menciumi leher dan telinga Tante
Lia. Tante Lia memelukku erat sekali. “Sayaaaanngggg… ooouuhhhh…
terussshhhh… Ruuuuud… aaahhhhh… ennaaakkk… akkuuuu nggaaaaaakk
taaaaahaaannn… akkuuuu… keluuuuuaaaarr… keeeeeeeeelllllluuuuuaaarrr…
aaahhhhhhh…!!!” jeritan panjang Tante Lia diiringi hempasan keras
pangkal pahanya kearah kontolku. Kira-kira semenit kemudian badan Tante
Lia ambruk dalam pelukanku. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya lemas
lunglai. Kontolku yang masih mengeras mengganjal dalam liang memeknya
yang banjir. “Aduh Nik, nikmatnya sayang… aku puas sekali… kamu makin
pinter aja mainnya sampai aku lemes banget “ kata Tante Lia. Dia
mencapai orgasmenya dan memeknya terasa berkedut-kedut kuat sekali.
Gerakanku ditahannya dan dia memelukku erat sekali. Sementara itu aku
sedang tanggung, lalu Tante Lia kuminta membungkuk membelakangiku.
Pantatnya yang bahenol sunguh sangat mempesona , batang penis ku arahkan
masuk ke memeknya dari arah belakang. Dan kemudian seluruh batang
kontolku sudah tenggelam di dalam liang memek Tante Lia. Aku kembali
menggenjot dengan menabrak-nabrakkan pangkal pahaku dengan bongkahan
pantat Tante Lia yang tebal. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar
setiap kali kutabrak membuatku semakin bernafsu. Aku terus mempercepat
pompaanku hingga kemaluan kami berbunyi. Tante Lia kelihatannya naik
lagi nafsunya, dia memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontolku
seperti diremas. Aku memperpelan gerakanku menyesuaikan dengan putaran
pantat Tante Lia yang sangat mengagumkan. Aku mulai merasa akan mencapai
ejakulasi maka hunjamanku kubenamkan dalam2 dengan gerakan keras.
“Aaagghhhhh… Taaaaannn… aaakuuuu… kelluaaar… enaaakk sekaliii…
aaaagghhh…!!!” aku mengerang keenakan. Dalam waktu tidak berapa lama aku
menyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. Kontraksi
kontolku nampaknya menambah rangsangan di memek Tante Lia sehingga dia
menggerakkan pantatnya tidak beraturan sampai kemudian tangannya menarik
badanku rapat ke tubuhnya. “Uughhh… hhmmm… aku keluar jugaa… aaagghh…
enaaakk… uughh” Tante Lia menjerit keras sekali. Memeknya kembali
berdenyut dan kali ini lebih lama dari yang pertama tadi. Tante Lia
kembali memujiku, katanya permainan semakin luar biasa, karena dia bisa
sampai merasakan kenikmatan dua kali. Yang terakhir kata dia nikmat
sekali sampai tubuhnya hampir-hampir tidak kuat berdiri. Kami mandi
bersama dan setelah mengeringkan badan, kami berpakaian. Aku ke ruang
tengah, sementara Tante Lia ke dapur menyiapkan makan buat kita berdua.
Setelah sekitar setengah jam, Tante Lia mengajakku makan bersama.
Sehabis makan, karena capeknya tubuhku, aku tertidur di sofa. Menjelang
tengah hari aku terbangun. Melihat hari sudah siang, aku berpamitan ke
Tante Lia untuk pulang ke rumah. SEJAK peristiwa indah itu, aku dan
Tante Lia selalu melampiaskan nafsu birahi kami. Kapan saja aku mau,
Tante Lia selalu siap meladeniku. Bagitupun denganku. Kapanpun Tante Lia
menginginkanku, akupun selalu siap melayaninya.
Add Comments