Mbah
Yatti adalah istri kedua dari mbah Hardjo. Mbah Hardjo adalah adik dari
mbah putriku. Usia mbah Hardjo saat ini 75 tahun. Sedangkan mbah Yatti
usianya 50 tahun. Anaknya ada 3 perempuan semua. 2 sudah berkeluarga
sedangkan 1 masih SMA. Mbah Yatti itu mempunyai tubuh yang montok,
kulitnya seperti wanita – wanita dari jawa, dan punya tetek yang besar
(BH 40DD).
Suatu hari aku datang ke rumah mbah Hardjo...
“Eh ada Edi... Sini masuk nak... Mbah Yatti kangen lho sama kamu... Kapan datangnya...???”
“Baru kemarin sore mbah... Sama mama dan papa...”
Kemudian aku dan mbah Yatti duduk. Aku duduk di sampingnya. Tangannya memegangi tanganku.
“Wah... Ternyata kamu sudah besar rupanya... Sudah perjaka dan gagah... Kamu sudah punya pacar...???”
“Baru putus mbah...”
“Lho kok putus... Sayang sekali... Memangnya putusnya kenapa cah ganteng...???? Kamu tidak ngajak pacarmu begituan kan...????”
“Ah mbak putri bisa saja... Biasalah mbah... Aku lebih suka wanita yang lebih tua...”
“Lho... Wanita yang lebih tua kayak gimana ta...”
“Yaaa... Kayak mbah putri ini...”
“Eeaallaaahh... Mbah putri kan sudah tua... Sudah banyak yang keriput dan kendor sana sini…”
“Nah itu dia mbah... Disitulah letak kenikmatannya... Ibarat buah yang sudah matang, makin matang makin menantang...”
“Eeeaallaaahhh... Dasar Bocah gemblung... Sekarang sudah pintar bicara dan merayu yaaaa...“
FOTO MBAH YATTI
Mbah Yatti mengelus punggungku.
“Wah... Mbah putri elusan tangannya lembut banget...”
“Aaahh... Masaaaa... Yang beneeerrrr...”
“Bener mbah... Sueerr tak kewer - kewer... Hheehhheehhee... Apalagi kalau mbah putri mengelus yang ini nih...”
“Yang ini manaaaa ta...”
“Ini lho mbah... Bagian yang paling bawah... Rasanya kok jadi sempit celananya gimanaaa gitu ya mbah...”
“Pppsssttttt... Jangan keras-keras... Nanti ada yang dengar lho... ”
“Oh iya mbah... Aku lupa... Hheeeheeeheee...”
Dengan membisikkan sebuah kata ajakan dan tanda dari matanya. Mbah Yatti mengajakku ke kamar mandinya yang sepi dan sunyi.
“Coba buka celanamu Ed... Mbah mau lihat tititmu...”
“Iiii.... Iiiyaaa mbah....”
Aku pun melorotkan celanaku. Dan kontolku keluar dari sangkarnya.
“Aduuuhh... Cah ganteng... Tititmu itu kok sudah tegang saja sih... Mbah putri kan belum telanjang...”
“Iyaa mbah... Soalnya aku deg - degan banget nih...”
“Tenang
cah ganteng... Itu adalah hal yang wajar kok karena kamu pertama
kalinya... Tenang ya nduk... Nanti mbah putri ajarin kok...”
“Iiii... Iiiya mbah mbah...”
Tanpa
banyak bicara, mbah Yatti mengulum kontolku dengan lahapnya. Mungkin
karena sudah lama sehingga nafsu birahinya sangat menggebu-gebu. Tetapi
tiba-tiba... Criittt... Criittt... Criittt... Seeerrrrr... Air maniku
tumpah memenuhi rongga mulutnya. Kemudian mbah Yatti membersihkan air
maniku dari mulutnya.
“Maaf yaaa mbah... Aku langsung cepet keluar...”
“Oooohhh... Yooo ndak apa-apa ta... Namanya juga baru pertama kali... Itu wajar cah ganteng...”
FOTO MBAH IJAH
Lalu
mbah Yatti membuka seluruh pakaiannya. Tubuh montok dengan tetek dan
pantat yang besar berada di hadapanku. Tanpa banyak kata-kata lagi,
seperti adegan di film-film porno yang aku tonton, aku pun menciumi
bibirnya, menciumi teteknya, mengenyot pentilnya, menciumi perut dan
pantatnya serta terakhir menjilati memeknya. Awalnya jijik tapi karena
nafsuku yang juga menggebu-gebu akhirnya terasa nikmat juga. Kujilati
memeknya sambil kumainkan klitorisnya. Ahhh, sungguh nikmat rasanya.
Mbah
Yatti mengangkat kaki kanannya ke atas bak mandi dan menuntun kontolku
untuk masuk ke dalam memeknya. Dannn.... Blesssss.... Kupompa maju
mundur.... Kami berciuman dan tak lupa kukenyot pentilnya yang sudah
mengeras itu....
“Ahhh.... Uuuhhh.... Ayoooo Ed.... Dorong terussss.... Sshhhh.... Pompa terussss.... Aahhhh... Uuffffhhhh... Ssshhh...”
“Iiiyaaa mbaahhh... Aahhh...”
Kontolku
seperti dijepit-jepit nikmat rasanya di dalam liang yang hangat itu.
Tak berapa lama mbah Yatti orgasme dan diikuti dengan air maniku yang
tumpah ruah di dalam memeknya. Criittt.... Criittt.... Criiittt....
Seerrrrr....
Mbah
Yatti memelukku dengan erat sambil menciumi bibir dan pipiku. Setelah
itu kami kembali memakai pakaian masing-masing. Kami pun kembali
mengobrol di ruang tamu seperti tidak ada kejadian apa - apa. Yaaaa...
Kejadian yang penuh kenikmatan itu.
Aku
menelpon papa dan mama yang sedang berada di rumahnya nenek (kakaknya
mbah Hardjo). Aku minta ijin untuk menginap di rumahnya mbah Hardjo.
Lalu mbah Yatti bicara kepadaku....
“Kamu sudah bilang mau bermalam di sini....???”
“Sudah mbah.... Dan mereka mengijinkan aku bermalam di sini....”
Mbah
Yatti masuk ke dalam kamar dan keluar hanya menggunakan handuk putih.
Tampak tubuh montoknya dan teteknya yang besar ingin keluar dari
handuknya.
“Mbah mau mandi.... Kamu mau ikut ndak...???”
“Mau dong mbah....”
“Ya sudah.... Ambil handuk sana di kamar.... Tadi sudah mbah siapkan kok....”
“Iyaaa mbah...”
Aku
menuju kamar yang ditunjukkan mbah Yatti dan mengambil handuk yang
sudah disiapkannya. Kubuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat dan
kupakai handuk melilit pinggangku. Tampak handukku menonjol karena
kontolku langsung ngaceng. Kubergegas ke kamar mandi. Di sana mbah Yatti
sudah menungguku.
“Buka dong handuknya.... Lihat tuh burungmu sudah membuat handukmu sesak...”
Ku buka handukku dan terlihat kontolku yang sudah mengeras berdiri.
“Nahh... Sekarang kamu mandiin mbah dan nanti mbah akan gantian mandiin kamu....”
“Iyaaa.... Siaapp mbah...”
Kami
saling menyabuni. Kusabuni teteknya yang besar itu sambil
kuremas-remas. Kemudian turun ke perut dan paha. Terakhir adalah bagian
selangkangannya.
“Sekarang gantian mbah yang menyabuni kamu...”
Setelah semua tubuhku penuh sabun....
“Kayaknya tititmu itu perlu di tidurkan biar ndak tegang...”
Kontolku
pun digosok - gosok dengan tangannya mbah Yatti yang penuh dengan
sabun. Tak berapa lama... Criittt... Criittt... Criiittt... Air maniku
jatuh ke lantai...
“Bagaimana... Nikmat ndak cah ganteng...???”
“Waahh... Nikmat banget mbah...”
Kami
pun menghilangkan sabun di badan dengan air. Acara mandipun selesai.
Selepas mandi, mbah Yatti mengurusi mbah Hardjo. Sedangkan aku
berkeliling di lingkungan rumah mbah Hardjo. Tiba-tiba ada yang
memanggilku, ternyata dia adalah mbah Ijah. Usia mbah Ijah lebih muda
dari mbah Yatti hanya terpaut 5 tahun. Biasanya jika di kampung sudah
punya cucu maka akan dipanggil mbah. Mbah Ijah sudah punya 5 orang cucu.
Tubuhnya masih aduhai karena sering minum jamu alami sama halnya dengan
mbah Yatti. Perbedaannya hanya satu, kulit mbah Ijah lebih gelap dari
mbah Yatti.
“Le... Cah bagus... Sopo jenengmu nduk...??”
“Saya Edi mbah... Cucunya mbah Hardjo...”
“Ealah... Yang dulu masih imut-imut itu ta... Saiki wis guide yo... Sini main di rumahnya mbah...”
“Iyaaa mbah...”
Aku pun menghampiri mbah Ijah yang berdiri di depan pintu rumahnya.
“Kamu bisa bahasa jawa nduk...”
“Bisa mbah tapi agak kasar...”
“Ealah... Rapopo... Yoweisss... Pakai bahasa Indonesia ae yo... Sini masuk nduk...”
“Iya mbah...”
Aku di ajak masuk ke dalam rumahnya. Mbah
“Aku ini masih saudara dengan mbah Yatti lho... Ndak usah sungkan yo...”
“Iya mbah...”
“Wah... Wah... Sudah perjaka kamu ya... Sudah punya pacar...???”
“Belum mbah... Koq rumah sepi... Emangnya pada ke mana mbah...???”
“Ohhh... Semua pada merantau ke Jakarta cah ganteng...”
“Trus mbah Ijah tinggal di sini sendirian...???”
“Ada suami mbah, tapi lg sakit sama kayak mbahmu Hardjo itu...”
“Ohhhh…”
“Lho kok malah oh... Ayooo sini masuk nduk...!”
“Iiii... Iyaaa mbah...”
Aku
pun masuk rumah dan mengikuti mbah Ijah dari belakang. Kulihat tubuh
mbah Ijah yang montok, teteknya besar, dan pantatnya yang sungguh
menggoda. Tak sengaja, ketika berjalan, tangan mbah Ijah menyenggol
kontolku. Kemudian kubalas dengan menabok pantatnya yang besar itu.
“Ehhhh... Kamu genit ya menabok pantat mbah...”
“Lagian mbah duluan sih yang nyenggol2 anuku...”
“Yoweis... Mbah minta maaf... Kamu mau kan maafin mbah, soalnya, mbah sudah lama rindu dengan benda yang satu itu...”
“Ohhh... Yaaa... Gak apa – apa juga sih mbah... Aku maklum kok...”
Kami
ngobrol – ngobrol di ruang tamu. Mbah Ijah masuk ke dapur dan keluar
membawakan minum serta makanan kecil. Ketika menaruh minum dan makanan
kecil ke atas meja, kulihat teteknya mbah Ijah besar menggantung
tertahan oleh BHnya yang berwarna hitam. Kontolku mulai beraksi.
Celanaku mulai mengembang. Mbah Ijah tampaknya sudah mengetahui akan hal
tersebut. Kemudian mbah Ijah berkata...
“Pssttt... Nduk... Gak usah tegang begitu...”
“Ahhh... Tegang kenapa mbah... Biasa aja kok...”
“Halah... Emangnya mbah gak tau apa... Tuh celanamu jadi menonjol begitu... Namanya apa kalau gak tegang...”
“Hhehhehe... Iya mbah...”
“Hayoooo... Tadi kamu lihat apa... Lihat teteknya mbah yaaa...”
“Gak kok mbah...”
“Aaahhh jangan bohong... Tapi gak apa – apa... Itu tandanya kamu laki – laki normal... Tapiiii...”
“Tapi kenapa mbah...???”
“Tapiii... Kalau tidak disalurkan gak baik tuh...”
“Maksud mbah...???”
“Yoweis... Sini ikut mbah ke dalam yuk...”
“Iiii... Iiyaaa mbah...”
Aku diajak mbah Ijah ke kamar belakang yang dekat dengan dapur dan kamar mandi. Mbah Ijah meraih tanganku.
“Sini nduk... Naahhh... Kalau di sini aman... Sekarang buka celanamu...”
“Iiii... Iiiyaaa mbah...”
Kemudian
aku membuka celanaku. Mbah Ijah tampak tersenyum melihat kontolku
tegang mengeras. Mbah ijah berjongkok dan memasukkan kontolku ke dalam
mulutnya. Kontolku penuh dengan air liurnya dan terasa nikmat. Tak
berapa lama. Criittt... Criittt... Serrrrr... Air maniku tumpah di
mulutnya mbah Ijah.
Mbah
Ijah keluar ke kamar mandi dan kembali lagi ke dalam kamar. Sepertinya
dia sudah membersihkan mulutnya yang tadi penuh dengan air maniku.
Setelah itu mbah Ijah mengajakku berciuman. Bibir kami saling menyatu
dan menyedot - nyedot. Lidah kami saling bercengkrama. Lalu mbah Ijah
melucuti BH dan kain yang menutupi perut bagian bawahnya. Wowww.
Ternyata, mbah Ijah tidak memakai celana dalam. Terpampang sudah tubuh
telanjang mbah Ijah. Tanpa diberi komando, aku langsung menyergap
teteknya yang besar itu. Kuremas – remas sambil ku kenyot – kenyot
pentil besar berwarna cokelat itu. Emmm, rasanya sungguh nikmat. Kuciumi
leher, perut dan paha mbah Ijah. Setelah itu kurebahkan mbah Ijah di
tempat tidurnya. Kubuka pakaianku dan kutindih tubuh mbah Ijah. Kuciumi
bagian – bagian tubuhnya yang menurutku hot dan seksi.
“Aaahhhh... Oohhhh... Ayooohhh masukan tititmu nduk...”
Tanpa
basa – basi kumasukkan kontolku ke dalam memeknya mbah Ijah. Biarpun
sudah nenek – nenek tapi kemampuan jepitan memeknya mbah Ijah masih
membuat kontolku berdegup keras. Kemudian kubalikkan tubuh mbah Ijah.
Kuciumi punggung dan pantatnya. Pantatnya kutabok karena sungguh
menggemaskan. Kembali kumasukkan kontolku ke dalam memeknya. Jepitan
memeknya mirip dengan mbah Yatti. Di dalam terasa hangat dan kontolku
mulai terasa ingin mengeluarkan semua isinya. Tak berapa lama.
Criittt... Criittt... Serrrrr... Air maniku keluar di memeknya mbah
Ijah. Kemudian disusul mbah Ijah yang orgasme. Ternyata kita orgasme
bersama – sama. Pada saat itu aku melakukannya 3x alias 3 ronde dengan
mbah Ijah. Aku tiduran dan mbah Ijah memiringkan tubuhnya. Ia pun
memelukku dan mencium bibirku dengan mesranya.
“Nduk... Kamu hebat... 3 ronde sama si mbah yang sudah tua ini...”
“Iyaaa mbah... Tapi mbah masih hot dan seksi kok...”
“Ahhh... Kamu bisa saja... Nanti kalau kamu kepengen... Main saja ke rumah mbah yaaaa...”
“Oke mbah...”
Aku
pun ketiduran karena kelelahan. Ketika bangun ternyata mbah Ijah sudah
tidak ada di tempat tidur. Kucari ke sana kemari dan akhirnya ketemu di
belakang rumahnya sedang mengambil kayu bakar.
“Mbah... Aku pulang dulu yo...”
“Ohhh... Iyaaa nduk... Ingat pesan mbah tadi yo...”
“Iyooo mbah...”
Aku kembali ke rumahnya mbah Yatti. Aku duduk di ruang tamu. Mbah Yatti keluar dari kamar mbah Hardjo.
“Lho Ed... Tadi mbah cari – cari kamu ke mana – mana...”
“Iyaaa mbah... Tadi aku jalan – jalan sekitar sini...”
“Ohhh... Kamu sudah makan belum...???”
“Belum mbah...”
“Yoweis sudah tak siapi di meja makan... Sana makan dulu...”
“Iyooo mbah...”
Tak
ada kejadian apa – apa karena ada tamu yang datang hingga larut malam.
Keesokan harinya ketika kubangun tampak ada yang mengobrol di dapur. Aku
menuju ke dapur dan ternyata ada mbah Yatti bersama mbah Ijah sedang
asik mengobrol.
“Tamu yang semalam sudah pulang mbah...???”
“Iyaaa sudah... Pagi – pagi tadi pulangnya...”
“Ed... Mbah Ijah sudah cerita soal kamu...”
“Soal apa mbah...???”
“Yaaaaa... soal kemarin masa kamu lupa...”
“Ohhh... Iyaaa... Iyaaaa...”
Kemudian mbah Yatti dan mbah Ijah meraih tanganku. Mereka berdua mengajakku ke dalam kamar.
“Mbah... Pagi – pagi kok mau ajak aku begituan...”
“Sudaaahh... Kamu tenang saja...”
Mbah Yatti mendorongku ke tempat tidur sedangkan mbah
Ijah meloroti baju dan celanaku. Lalu mereka berdua melepaskan pakaiannya masing – masing. Kedua tubuh wanita tua yang punya cucu itu memelukku dan kami pun berciuman. Setelah itu aku disodorkan tetek – tetek mereka yang sudah turun tapi besar menantang. Kuremas – remas dan kuciumi tetek mereka serta kukenyot – kenyot dan kumaini pentil mereka dengan lidahku.
Ijah meloroti baju dan celanaku. Lalu mereka berdua melepaskan pakaiannya masing – masing. Kedua tubuh wanita tua yang punya cucu itu memelukku dan kami pun berciuman. Setelah itu aku disodorkan tetek – tetek mereka yang sudah turun tapi besar menantang. Kuremas – remas dan kuciumi tetek mereka serta kukenyot – kenyot dan kumaini pentil mereka dengan lidahku.
Mereka
berdua turun ke bawah dan tampak bergantian mengulum serta menjilati
kontolku. Mereka berdua duduk tepat berada di samping kontolku. Mbah
Ijah yang pertama merasakan kedahsyatan kontolku. Kemudian disusul
secara bergantian dengan mbah Yatti.
Lalu
mereka berdua tiduran. Aku bangun dan jari tangan kananku masuk ke
dalam memeknya mbah Yatti sedangkan jari tangan kiriku masuk ke dalam
memeknya mbah Ijah. Karena mereka berdua sudah menginjak usia yang tidak
subur lagi maka orgasme agak lama. Setelah mereka berdua orgasme, kini,
giliran kontolku yang masuk ke dalam memek mereka. Kali ini yang
mendapat giliran pertama adalah mbah Yatti kemudian disusul mbah Ijah
secara bergantian. Keringat bercucuran di sekujur tubuh kami. Dan ketika
berada di memeknya mbah Yatti, kontolku mulai memancarkan cairan
spermanya. Criiittt... Criiiittt... Serrrrr...
“Mau nambah gak cu...???”
“Iyaaa dong mbah... Masa gak nambah... Makan saja bisa nambah masa beginian gak mau nambah... Hheeehhheehhheee”
Seperti
biasanya, sampai 3 ronde aku melayani nafsu mereka berdua. Dan, hingga
masa liburanku berakhir, ketika nafsu ini memuncak, aku melampiaskan
nafsu birahiku bersama mbah Yatti dan mbah Ijah.